Minggu, 20 November 2011

Positive Psychological Assessment


Sejak konsep psikologi positif yang dipelopori oleh Seligman dan Csikszentmihalyi muncul di era 2000an,  perkembangan alat ukur yang mengukur aspek-aspek positif manusia juga terus berkembang.  Penilaian aspek-aspek positif individu dinilai mampu membuat perbedaan pada manusia (individual differences), hal ini didasarkan pada dua asumsi: 1. Data yang berkaitan dengan aspek positif dan negatif manusia dapat muncul pada setiap orang, 2. Setiap orang memiliki kekuatan-kekuatan psikologis dan kapasitas untuk mencapai fungsi optimalnya sebagai manusia.  

Dengan mengidentifikasi dan mengukur kekuatan (aspek positif) manusia, proses-proses yang sesuai (healthy process), dan fulfillment dimungkinkan dapat memberikan efek positif pada manusia.  Beberapa hipotesis positive psychological assessment yang telah terbukti dituliskan di bawah ini:

·         Mengidentifikasi dan mendorong kekuatan manusia (human strengths) dapat meningkatkan pencapaian (achievement).  Eksperimen  dilakukan di SMA di Philadelphia USA, menunjukkan bahwa kurikulum yang mendorong kekuatan (human strength) sebagai central point dapat meningkatkan nilai rata-rata siswa dan menaikkan skor tes nasional di SMA tersebut.
·         Manajemen berbasis human strengths meningkatkan makna dan produktifitas kerja.  Berdasarkan riset yang dilakukan Gallup tahun 2001 dengan meng-interview dua juta pimpinan (CEO, activists, guru, dll)  menemukan bahwa setiap orang memiliki bakat yang menetap dan unik.  Dan ruang pertumbuhan terbesar dari setiap orang berada pada area kekuatan terbesar orang tersebut (Buckingham & Clifton, 2001). 
·         Mengukur dan mendorong kekuatan dapat meningkatkan kesehatan mental (mental health).  Seligman (1998) menyatakan bahwa terdapat sekumpulan kekuatan manusia yang dapat menjadi penyangga melawan sakit mental, yakni keberanian, optimis, ketrampilan interpersonal, work ethic, harapan, kejujuran, dan ketekunan. 

Mencermati dampak positif dari positive psychological assessment, sudah sewajarnya tes-tes yang mengukur aspek-aspek positif manusia semakin berkembang, khususnya tes-tes psikometri.  Dunia psikologi, khususnya di Indonesia diharapkan tidak hanya memulai dari diagnosis penyakit mental saja, namun juga berangkat dari human strengths. 

sumber : http://consultanthr.com/